Senin, 09 November 2009

FISIOLOGI (Pemeriksaan Neurologis)

Defenisi
Pemeriksaan neurologik adalah suatu proses yang membutuhkan ketelitian dan pengalaman yang terdiri dari sejumlah pemeriksaan pada fungsi yang sangat spesifik. Pemeriksaan neurologik dibagi dalam lima komponen yaitu status mental, tingkat kesadaran,syaraf-syaraf kranial, sistem motorik,refleks, dan sistem sensorik.

Status mental
Mengevaluasi kemampuan penderita untuk memberi alasan, membuat abstrak, rencana dan penilaian. Sosial ekonomi,etnis dan status pendidikan penderita perlu diketahui oleh pemeriksa untuk mengetahui status mental penderita, status mental berhub. Dengan mood & jalan pikiran pasien.
-Apakah ada tanda-tanda tidak merawat diri?
-Apakah pasien berprilaku wajar?
-Bagaimana suasana hati pasien?
-Apakah suasana hati pasien berubah dengan cepat?

Tingkat kesadaran
Ada beberapa metode untuk menggolongkan tingkat kesadaran masing-masing menggunakan istilah yang sama tapi caranya berbeda (Glasgow Coma Skala), apapun metode yang digunakan yang terpenting adanya konsistensi serta pemahaman penuh terhadap semua terminologi yang digunakan.

Derajat kesadaran :
-Sadar : Dapat berorientasi dan berkomunikasi
-Somnolens : dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara motorik / verbal kemudian terlenang lagi. Gelisah atau tenang.
-Stupor : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap rangsangan nyeri, pendengaran dengan suara keras dan penglihatan kuat.Verbalisasi mungkin terjadi tapi terbatas pada satu atau dua kata saja. Non verbal dengan menggunakan kepala.kelihatan seperti tidur.
-Semi koma : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada yang menghindar (contoh menghindari tusukan).
-Koma : tidak bereaksi terhadap stimulus
Kualitas kesadaran :
-Compos mentis : bereaksi secara adekuat
-Abstensia drowsy/kesadaran tumpul : tidak tidur dan tidak begitu waspada.Perhatian terhadap sekeliling berkurang. Cenderung mengantuk.
-Bingung/confused: disorientasi terhadap tempat, orang dan waktu
-Delerium : mental dan motorik kacau, ada halusinasi dan bergerak sesuai dengan kekacauan fikirannya,mis; berusaha turun dari tempat tidur, membuka baju, atau menarik infusnya
-Apatis : tidak tidur, acuh tak acuh, tidak bicara dan pandangan hampa

GCS...

Membuka mata
-Spontan 4
-Dengan perintah 3
-Dengan nyeri 2
-Tidak berespon 1
Respon motorik
-Dengan perintah 6
-Melokalisasi nyeri 5
-Menarik area yang nyeri 4
-Fleksi abnormal 3
-Ekstensi 2
-Tidak berespon 1
Respon verbal
-Berorientasi 5
-Bicara membingungkan 4
-Kata-kata tidak tepat 3
-Suara tidak dapat dimengerti 2
-Tidak ada respon 1

Cara penulisannya berurutan E-V-M sesuai nilai yang didapatkan. Penderita yang sadar = Compos mentis pasti GCS-nya 15 (4-5-6), sedang penderita koma dalam, GCS-nya 3 (1-1-1)

Bila salah satu reaksi tidak bisa dinilai, misal kedua mata bengkak sedang V dan M normal, penulisannya X – 5 – 6. Bila ada trakheastomi sedang E dan M normal, penulisannya 4 – X – 6. Atau bila tetra parese sedang E an V normal, penulisannya 4 – 5 – X.

GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat kesadaran pada anak berumur kurang dari 5 tahun.

SYARAF KRANIAL
Terdapat 12 pasang syaraf kranial yang keluar dari permukaan bawah otak melalui foramina kecil. saraf-saraf kranial diperiksa tidak sesuai dengan urutannya tapi sesuai dengan fungsinya.

Sistem motorik
Kinerja motorik tergantung pada otot yang utuh, hubungan neuromuskular yg fungsional dan traktus saraf kranial & spinal yang utuh.Neuron dibagi atas Upper motorik neuron (UMN) dan Lower motorik neuron (LMN).

- UMN berasal dari korteks serebri & menjulur kebawah, satu bagian (traktus kortikobulbaris) berakhir pada batang otak dan bagian yg lainnya (traktus kortikospinalis) menyilang bagian bawah MO & terus turun ke Medula Spinalis.
-LMN mencakup sel-sel motorik nuklei saraf kranial dan aksonnya serta sel-sel kornu anteriormedula spinalis dan aksonnya.serabut-serabutnya keluar melalui kurnuanterior medula spinalis atau motorik medula spinalis.

Lesi neuron
Lesi UMN
-kehilangan kontrol volunter
-Peningkatan tonus otot
-Tidak ada atropi otot
-Rerfleks hiperaktif dan abnormal
Lesi LMN
-Kehilangan kontrol volunter
-Penurunan tonus otot
-Paralisis flaksid otot
-Atropi otot
-Tidak ada atau penurunan refleks

Tonus dan kekuatan otot
Tonus otot adalh resistensi dengan menggerakkan sendi secara pasif dan sering terganggu bila ada ggn. Sistem saraf. Ggn. UMN meningkatkan tonus otot dan sebaliknya.kekuatan otot diperiksa dgn membandingkan otot yang satu dgn yang lainmis; melakukan fleksi & ekstensi ekstremitas kemudian dilakukan penahanan.
Koordinasi dan gaya berjalan

Pengaruh serebelum terlihat pada kontrol keseimbangan dan koordinasi.koordinasi tangan & ekstremitas atas di kaji dgn cara melakukan gerakan cepat, selang seling, dan uji menunjuk satu titik ke titik yang lainnya.untuk ekstremitas bawah pasien diminta meletakkan tumit pada kaki yg satu & turun perlahan kebawah daerah tibia anterior.Gaya berjalan (gait) jg dapat dinilai dengan meminta penderita berjalan dgn ayunan lengan.

Keseimbangan
Dapat diketahui dengan melakukan tes Romberg; Pasien berdiri dengan menggunakan satu kaki dgn tangan diturunkan pada sisi yang sama, sementara kaki yang satu diangkat dan tangan yang satunya dinaikan keatas, mula-mula mata terbuka kemudian tertutup 20-30 detik

Refleks
Refleks tendon dalam dapat ditimbulkan dengan mengetukkan palu refleks secara cepat & kuat pada tendon yg teregang sebagian kemudian berjalan disepanjang serabut aferen menuju medula spinalis kemudian bersinaps dengan neuron motorik atau neuron kornu anterior kemudian sinaps dihantarkan kebawah melalui neuron motorik radiks anterior kemudian diteruskan melalui saraf spinal & saraf perifer, setelah melampaui batas neuromuskular, otot dirangsang untuk berkontraksi.
-Refleks tendon dalam/ refleks regang otot yang sering diperiksa adalh refleks biseps, refleks triseps, refleks brahioradialis, refleks patella, dan refleks archilles.
-Refleks superfisial diperiksa dengan menggoreskan kulit dengan benda keras spt ujung sebuah palu refleks yang menyebabkan otot berkontraksi, refleks tersebut antara lain refleks abdominal, refleks kremaster, refleks gluteal, & refleks plantar.

Tingkat kekuatan refleks
+4Sangat kuat mencurigakan adanya penyakit pada UMNsering disertai klonus(gerakan asosiasi ritmikantara fleksi dan ekstensi).
+3 lebih kuat dari normal tapi tidak harusmenunjukan suatu penyakit. +2 Normal.
+1 Sedikit berkurang.
0 Tidak ada respons.

Refleks tendon dalam
Refleks biseps
Peregangan tendon biseps pada saat siku dalam keadaan fleksi. Orang yang menguji menyokong lengan bawah dengan satu tangan sambil menempatkan jari telunjuk dengan menggunakan palu refleks. Respon normal; fleksi pada siku & kontraksi biseps.
Refleks triseps
Lengan pasien difleksikan pada siku & diposisikan di depan dada, pemeriksa menyokong lengan pasien & mengidentifikasi tendon triseps dengan mempalpasi 2,5-5 cm diatas siku.pemukulan langsung pada tendon normalnya menyebabkan kontraksi otot triseps & ekstensi siku.
Refleks brahioradialis
Penguji meletakkan lengan pasien diatas meja atau disilangkan diatas perut, ketukan palu dengan lembut 2,5-5 cm diatas siku, pengkajian ini dilakukan dengan lengan dalam keadaan fleksi dan supinasi.
Refleks patella
Mengetok tendon patella tepat dibawah patella dimana pasien dalam keadaan duduk atau tidur terlentang. Jika pasien terlentang pengkaji menyokong kaki untuk memudahkan relaksasi otot. Kontraksi quadriseps dan ekstensi lutut adalah respon normal.
Refleks Ankle
Buat pergelangan kaki dalam keadaan rileks, kaki dalam keadaan dorsal fleksi pada pergelangan kaki dan palu diketokkan pada bagian

Refleks superfusial
Refleks abdominalis
Refleks supersuperfisial yang ada ditimbulkan oleh goresan pada kulit dinding abdomen
Refleks plantar
Ditimbulkan dengan menggores permukaan lateral telapak kaki dari tumit sampai kebantalan kaki dan melengkung kearah medial melintasi bantalan kaki, normalnya terjadi fleksi jari-jari kaki.
Refleks cremaster
Cara : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawah
Respon : elevasi testes ipsilateral
Refleks gluteal
Cara : goresan atau tusukan pada daerah gluteal
Respon : gerakan reflektorik otot gluteal ipsilateral

Sistem sensorik
Sistem sensorik memegang peranan penting dalam penghantaran informasi kepada sistem saraf sentral mengenai lingkungan sekitarnya. Pada waktu memeriksa sistem sensorik, ada empat daerah yang diperiksa yaitu :Sensasi taktil, Sensasi nyeri dan suhu, Vibrasi dan propriosepsi, Merasakan posisi, Integrasi sensasi.
persepsi nyeri & suhu dihantarkan oleh serabut saraf menuju ganglia radiks dorsal setelah bersinaps dalam kornu dorsalis serabut menyilang garis tengah & masuk ketraktus spinotalamikus lateralis kemudian berjalan keatas medula spinalis dan batang otak dan berakhir di talamus.
-Sensasi taktil
Dikaji dengan menyentuh lembut gumpalan kapas pada masing-masing sisi tubuh, sensivitas daerah ekstremitas bagian proksimal dibandingkan dengan bagian distal.
-Sensasi nyeri dan suhu
-Nyeri superfisial dapat dikaji dengan menentukan sensivitas pasienterhadap obyek yang tajam, pasien diinstruksikan membedakan antara ujung yang tajam dgn yang tumpul. untuk suhu dengan tabung yang berisi air panas dan air dingin.
-Vibrasi dan propriosepsi
Getaran & propriosepsi ditransmisi bersama-sama pada bagian posterior medula. Getaran dapat dievaluasi melalui garpu tala frekuensi rendah(128-256 Hz)
-Merasakan posisi
-dapat ditentukan pada saat klien menutup mata klien harus mampu berdiri dengan kedua kaki rapat tanpa bergoyang-goyang atau kehilangan keseimbangan.
-Integrasi sensasi
Hal ini dapat dilakukan dengan membedakan dua titik, jika klien disentuh oleh dua obyek tajam bersamaan apakah klien mampu merasakan dua sentuhan tadi.

Fungsi luhur
Suatu istilah yang digunakan untuk meliputi daya pikir, daya ingat, pengertian, persepsi, fungsi intelektual.
Pemeriksaan fungsi luhur:
1. Apraxia : hilangnya kemampuan untuk melakukan gerakan volunter atas perintah
2. Alexia : ketidakmampuan mengenal bahasa tertulis
3. Agraphia : ketidakmampuan untuk menulis kata-kata
4. Fingeragnosia: kesukaran dalam mengenal, menyebut, memilih dan membedakan jari-jari, baik punya sendiri maupun orang lain terutama jari tengah.
5. Disorientasi kiri-kanan: ketidakmampuan mengenal sisi tubuh baik tubuh sendiri maupun orang lain.
6. Acalculia : kesukaran dalam melakukan penghitungan aritmatika sederhana.

1 komentar: